SEJARAH BERDIRINYA PONDOK PESANTREN & MADRASAH AL IMAN
- alimanpurworejo
- Nov 22, 2018
- 5 min read
*Era sebelum nama Al-Iman Pondok ini memiliki sejarah yang cukup panjang. Dahulu, sebelum bernama Al-Iman tempat ini adalah hutan belantara yang terkenal sangat angker. Namun, pada tahun 1828 M, Mbah Ahmad Alim, seorang yang terkenal alim yang kemudian melakukan babad alas di alas Desa Bulus ini. Beliau yang juga terkenal sebagai pengembara dan penyebar agama Islam sengaja diasingkan oleh Penjajah Belanda ke alas yang terkenal angker ini, agar beliau tidak lagi menyebarkan agama Islam. Namun pengasingannya itu tidak membuat beliau putus asa. Pada pengasingannya tersebut, beliau kemudian mendirikan masjid dan mengembangkan ajaran-ajaran Islam di alas yang kemudian diberi nama Desa Bulus ini. Mendengar kealiman beliau, banyak sekali santri dari berbagai wilayah berbondong-bondong datang untuk ngaji dengan beliau. Diantara keturunan atau santri beliau banyak yang menjadi tokoh-tokoh dan ‘Ulama, salah satu diantaranya adalah Simbah Kyai Sholih Darat, Semarang, guru dari KH. Hasyim Asy`ari (Pendiri NU) dan KH. Ahmad Dahlan (Pendiri Muhamadiyah). Perjuangan dan tirakat beliau semasa melakukan dakwah, khususnya di tanah Bulus, tidak perlu diragukan lagi. Salah satu contoh tirakat yang pernah beliau lakukan adalah tirakat tapa pendhem selama 40 hari. Mbah Alim yang wafat pada Jum`at Wage tanggal 1 Jumadilakhir 1262 H/1842 M, pernah berpesan kepada santri dan keturunannya, bahwa untuk jadi orang yang mulia tidak perlu melakukan macam-macam tirakat (puasa dll.)lagi, melainkan cukup ngaji dengan sungguh-sungguh. Sepeninggal Mbah Alim, pesantren yang beliau bangun sempat mengalami masa fatroh (kekosongan), dikarenakan santri beliau yang pulang ke tempatnya masing-masing. Setelah mengalami masa fatroh yang cukup lama, kemudian kepemimpinan dilanjutkan oleh Sayid Ali, saudara iparnya, yang mendapat wasiat dari Mbah Alim untuk tinggal dan meneruskan perjuangannya di Desa Bulus. sementara keturunannya justru diperintahkan untuk meninggalkan Desa Bulus. *Era pendidikan klasikal Al Islamiyyah Singkat cerita setelah Sayid Ali wafat, tampuk kepemimpinan diteruskan oleh putranya, Sayid Muhammad yang kemuadian mulai menerapkan sistem pendidikan klasikal. Setelah sayid Muhamad wafat pada Jum`at 18 Sya`ban 1349 H/1930 M, perjuangan dilanjutkan oleh putranya yakni, Sayid Dahlan pada kurun tahhun 1930 sampai 1938 M. Pada era Sayid Dahlan inilah pertama kali dibuat lembaga pendidikan Islam di Purworejo bahkan konon diwilayah Kedu yang diberi nama Al Islamiyah. Pada saat itu Sayid Dahlan sudah berani menerapkan pembelajaran Bahasa Arab dengan menggunakan papan tulis, meskipun pada saat itu masih dianggap kontrofersial. Namun sayangnya, tepatnya pada tahun 1938 M Sayid Dahlan dengan berat hati harus meninggalkan Desa Bulus atas mandat dari Bupati Purworejo, KRA Hasan Danoediningrat, untuk menggantikan posisi imam Masjid Kauman Purworejo. Terpaksa pesantren yang sudah menerapkan sistem klasikal itu kembali mengalami masa fatroh. Pada masa fatroh ini, Pondok Pesantren Al Islamiyah sempat dijadikan sebagai markas tentara Hizbullah dan Sabilillah yang akan perang melawan penjajajah Belanda. *Era kebangkitan sekaligus berdirinya Pondok Pesantren dan Madrasah Al Iman Setelah cukup lama mengalami masa fatroh, pondok pesantren yang ada di desa bulus kemudian dihidupkan kembali pada tahun 1955 M oleh beliau Sayid Agil bin Muhammad Ba`abud yang masih adik dari Sayid Dahlan. Beliaulah yang kemudian memberi nama pondok pesantren ini dengan nama Al-Iman, dengan tujuan untuk bertafa`ulan dengan nama pondok pesantren yang diasuh Ustadz Sagaf tempat beliau menuntut ilmu di Magelang. Seperti ulama pada umumnya, Sayid Agil melewati masa kecil dan remajanya dengan menuntut ilmu di berbagai pesantren, Beliau belajar al-Qur`an kepada Al-Maghfurlah KH. Dalhar, Watucongol, Muntilan, Magelang. Saat nyantri di Watucongol, Sayid Agil sudah yatim. Hubungan Sayid Agil dengan KH. Dalhar sangat dekat, sehingga beliau diangkat anak oleh KH. Dalhar. Selesai ngaji al-Qur`an pada KH. Dalhar, Sayid Agil melanjutkan nyantri pada Al-Maghfurlah KH. Ibrahim, Lirap, Kebumen. Di Lirap, Sayid Agil belajar Nahwu dan Shorof yang memang menjadi ciri khas pesantren tersebut. Pembelajaran nahwu shorof yang khas di Lirap pada waktu itulah yang kemudian diadopsi Sayid Agil dalam model pembelajaran Nahwu dan Shorof di Pesantren dan Madrasah Al-Iman. Sayid Agil melanjutkan belajar kepada Al-Maghfurlah KH. Maksum Lasem. Pada KH. Maksum, beliau belajar kitab-kitab fiqih dan tasawwuf hingga Muhadzdzab. Di Lasem ini pula, beliau bersama Al-Maghfurlah KH. Khudlori (Muassis Pesantren API Tegalrejo Magelang) pernah dibai`at faqir oleh KH. Maksum. Selesai dari Lasem, Sayid Agil belajar pada Sayid Sagaf bin Abdurrahman al-Jufri (Ustadz Sagaf) Magelang. Kepada Ustadz Sagaf, beliau belajar Hadits dan Bahasa Arab. Berdasarkan cerita yang berkembang, Sayid Agil bersama beberapa teman ngajinya yang berguru pada Ustadz Sagaf mendirikan lembaga pendidikan dengan nama yang sama, yakni Al-Iman. Beberapa madrasah dan pesantren bernama Al-Iman di Kabupaten Magelang seperti Al-Iman Margoyoso Salaman, Al-Iman Kajoran, Al-Iman Payaman, dipercaya didirikan oleh murid-murid Ustadz Sagaf. Beberapa dekade yang lalu, lembaga-lembaga Al-Iman ini sering mengadakan acara-acara bersama, seperti kemah Pramuka dan sebagainya. Disamping belajar berbagai ilmu di berbagai pesantren, Sayid Agil juga belajar tarekat dan beliau mendapatkan sanad Tarekat Alawiyyah dari ayahandanya, Sayid Muhammad Al-Ba`abud. Secara pribadi, Sayid Agil dikenal sebagai tokoh yang rendah hati dan membaur dengan masyarakat. Setiap ada masyarakat yang mempunyai hajat, misalnya tasyakuran kelahiran anak, Sayid Agil selalu menengok dan membantu kebutuhan dapur. Apabila ada masyarakat yang kurang mampu secara ekonomi, maka mereka dibantu modal oleh Sayid Agil. Beliau lebih suka berpakaian muslim Jawa, bersarung dan berpeci, daripada berjubah (sebagaimana para habaib pada umumnya). Beliau tidak pernah menunjukkan ke-Sayid-annya. Beliau dikenal orang hanya dengan nama Ustadz Agil, tanpa gelar Ba`abud. Gelar Ba`abud baru dikenal banyak orang akhir-akhir ini saja. Di kalangan para santri, Sayid Agil dikenal sangat suka menggunakan bahasa Arab dalam komunikasi harian. Setiap saat beliau menggunakan bahasa Arab untuk berbicara, menjelaskan materi pelajaran di kelas dan berceramah di depan santri-santrinya. Tidak ada santri yang sowan ke Ndalem (untuk minta izin pulang misalnya) yang tidak menggunakan bahasa Arab. Maka, sangat wajar pada waktu itu Pesantren Al-Iman sangat terkenal dengan bahasa Arabnya, sehingga Pondok Pesantren Al-Iman Bulus dulu dijuluki dengan Sekolah Arab. Selain mengembangkan pesantren, Sayid Agil juga mengembangkan pendidikan formal dengan mendirikan Madrasah Mu`allimin/Mu`allimat (sekarang menjadi Madrasah Tsanawiyah & Aliyah). Data tertulis menyebutkan bahwa Madrasah Mu`allimin/Mu`allimat berdiri pada 1 Januari 1958 M, yang diresmikan oleh Bapak Soenaryo (Rektor UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta selaku Wakil Menteri Agama Republik Indonesia). Madrasah Mu`allimin/Mu`allimat memiliki jenjang pendidikan selama enam tahun (setara dengan MTs dan MA), sehingga murid yang lulus dari Madrasah Mu`allimin/Mu`allimat mendapatkan dua ijazah sekaligus yang setara dengan SMP dan SMA. Berdasarkan keterangan dari salah satu guru di Madrasah Mu`allimin/Mu`allimat, lulusan pertama madrasah (tahun 1964) berjumlah 11 orang karena santri-santri pada waktu itu sebagian besar tidak peduli dengan ujian nasional dan ijazah. Kemudian pada tahun 1975, Sayid Agil mendirikan Yayasan Pendidikan Al-Iman. Pada tahun tersebut, Madrasah Mu`allimin/Mu`allimat dirubah menjadi Madrasah Tsanawiyah (MTs) dan Madrasah Aliyah (MA) Al-Iman Bulus Purworejo. Madrasah Tsanawiyah (MTs) dan Madrasah Aliyah (MA) Al-Iman resmi berdiri pada tahun 1978 berdasarkan Piagam Madrasah Nomor : LK/3C/01/Pgm/78 tertanggal 1 April 1978. Sayid Agil yang wafat pada Jum`at Wage 1409 H/3 Juli 1978 M, membawa perubahan besar didunia pendidikan pesantren. Lahumul faatihah…. Nah itu dia seklumit rangkuman sejarah berdirinya Pondok Pesantren Al Iman. #alimanbulus #sejarahpondok
Comments